Apa yang menjadi ketetapan dalam Al-Quran dan Sunnah pastilah menghadirkan kebaikan dan kemaslahatan bagi umat manusia, khususunya bagi insan yang beriman.
Al-Quran dan Hadits sebagai buku pedoman (Hudan) akan menyelamatkan manusia dari jalan yang gelap di dunia ini menuju jalan terang benderang, meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.
sebagaimana Allah swt berfirman,
إِنَّ هَٰذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ
“Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus ….[al-Isrâ`/17:9]
dalam Q.S Al-A’raf,
وَلَقَدْ جِئْنَاهُمْ بِكِتَابٍ فَصَّلْنَاهُ عَلَىٰ عِلْمٍ هُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
“Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan sebuah Kitab (Al-Qur’an) kepada mereka yang Kami telah menjelaskannya atas dasar pengetahuan Kami; menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman”. [al-A’râf/7:52].
Hadits sebagai penjelas bagaimana mengimplementasi isi kandungan Al-Qur’an berupa ucapan, tindakan dan ketetapan Rasulullah saw.
Rasulullah saw diutus di dunia sebagai Uswah Hasanah yang akhlaqnya mencerminkan Akhlah Al-Qur’an (Khuluquhul Qur’an).
Allah swt. berfirman QS Al-Ahzab [33]: 2l
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya terdapat dalam diri Rasul teladan yang baik bagi yang mengharapkan (ridha) Allah dan ganjaran di hari kemudian dan dia banyak menyebut Allah.” (QS Al-Ahzab [33]: 2l).
Terkait dengan Akhlaq Rasulullah saw. Hisyam bin Amir pernah bertanya kepada Aisyah RA tentang akhlak Rasulullah SAW. Aisyah menjawab,
كاَنَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ
“Akhlak Rasulullah adalah Al Qur’an.” (HR. Muslim).
Mengharapkan kehidupan yang ideal, meraih kebahagiaan dunia dan akhirat adalah harapan semua manusia, walaupun dalam prosesnya penuh dengan perjuangan antara bahagia dan duka, semua bisa dilalui dengan mengambil hikmah serta memperbaiki prosesnya dan meneguhkan kembali hati yang mulai tercerai berai karena ujian kehidupan menuju kebahagiaan hakiki. maka disinilah poin pentingnya Al-Qur’an dan Hadits. Bukankah dalam diri manusia ada segumpal hati yang senantiasa goyah oleh hiruk pikuk dunia?
Maka, kembalilah pada Al-Qur’an dan Hadits.
Apakah cukup dengan Al-Qur’an dan Hadits? akan lebih lengkap jika dikuatkan dengan Ijma’ Ulama sebagai peneguh langkah kita.
Semoga Allah swt membimbing kita dalam meraih keberkahan dan keridloan-Nya. Amiin