Pesantren, salah satu lembaga pendidikan yang berdiri secara mandiri atas keprihatinan pendirinya (kyai) dalam melihat lingkungan masyarakat, yang jauh dari nilai-nilai agama Islam. Berbagai upaya dilakukan oleh kyai dalam rangka membina masyarakat, baik dengan ceramah-ceramah (mauidzah hasanah) diacara jam’iyah-an, pertemuan-pertemuan dengan warga-masyarakat, para kyai merelakan waktu dan tenaganya untuk “dihibahkan” demi membimbing masyarakat menuju jalan yang benar dengan mendirikan pesantren.
Dengan semangat yang tinggi diiringi dengan niat yang tulus, mengharap ridlo ilahi semata. Maka lahirlah santri-santri yang sholih, ikhlas mengabdikan ilmunya untuk melanjutkan cita-cita kyai berdakwah dan menyebarkan nilai-nilai Islam ditengah Masyarakat.
Santri, merupakan generasi penerus para kyai yang saat ini banyak sekali tantangan yang harus mereka hadapi, bisa jadi jauh lebih kompleks saat kyai-kyai dulu merintis dakwahnya. Baik dari segi lingkungan masyarakat (sosial) , ekonomi, tantangan dalam dunia pendidikan dan agama. Semakin komplek sesuai dengan zamanya.
Dari berbagai tantangan yang di hadapi, kuncinya adalah pola-pikir (mindset) bagaimana seorang santri memandang tantangan zamanya. Walau berbeda zaman bagaimana para kyai dulu “eksis” dalam berdakwah, tapi tetap sama bagaimana para kyai dulu membentuk pola-pikir diri agar tetap bersabar dalam membina masyarakat. Sehingga para kyai yang saat ini hasil perjuangannya mampu dirasakan oleh para santri keberkahanya.
Salah satu pola-pikir yang dibentuk, selain pola pikir berkesadaran dalam berdakwah yaitu pola-pikir dalam membentuk pribadi yang berjiwa enterpreneur, atau disebut dengan Santripreneur.
Kalau bicara tentang Santripreneur tentu tidak akan lepas dari leadership (kepemimpinan) yang dua-duanya saling berhubungan karena membentuk pribadi yang mandiri dan mampu mengendalikan diri untuk kemaslahatan orang lain.
Prof.Bisri pengasuh PP Bahrul Maghfirah menyampaikan dalam kegiatan Penyusunan Kurikulum Kewirausahaan Santripreneur di UPT Pelatihan Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Timur Senin (31/10/2022), Membentuk santri berjiwa bisnis (santriprenenur) tidaklah muda, karena ia Masih tergantung dengan lingkungan pesantren, kyai dan pengurus. Jika lingkungan pesantren, kyai dan pengurus mendukung, InsyaAllah santri itu akan mudah terbentuk jiwa enterpreneur.
“Maka, salah satu langkah strategis yang bisa dilakukan adalah membuat kurikulum dan perencanaan (silabus) bagaimana membentuk jiwa interpreneur pada santri, sehingga dalam menumbuhkan kesadaran itu dibuat perjenjang, dimulai dari kelas X, dan XI kemudian di kelas akhir XII para santri bisa fokus pengembangan potensi diri dalam berinterpreneur, bagi santri yg memiliki patients (bakat), sedangkan santri yang tidak tertarik berinterpreneur bisa mengembangkan diri dalam bidang yang lain, tugas pesantren hanya mengasilitasi dan mendampingi”, tegas Rektor UB Periode 2014-2018.
Zain Fuad, pimpinan Pesantren Modern Surya Buana Malang sependapat dengan apa yang disampaikan oleh Prof Bisri, melalui pengalamanya dalam menyusun materi kewirausahaan di lembaga yang dipimpinya ia bertukar pengalaman pada forum penyusunan kurikulum ini. bahwa dalam mencetak santri yang berjiwa entrepeneur tidak cukup dengan pelatihan-pelatihan dan kegiatan yang bersifat instan, sekali kegiatan selesai. langkah yang bisa dilakukan adalah pemberian pemahaman berupa materi yang berjenjang pada santri, pendampingan dalam proses aplikasi oleh para ahlinya dan yang terpenting keterlibatan semua civitas dalam pesantren harus dioptimalkan, asatidz, pengasuh/pimpinan dan para santri agar kegiatan berkesinambungan dan istiqomah.
Gus Ghofirin, Sekjen OPOP Jatim menambahkan, nantinya akan dibuatkan kurikulum dan Silabus (Kursi) yang bisa diterapkan di seluruh jenjang, baik di pesantren yang memiliki sekolah formal ( MA, SMA dan SMK) atau pesantren salaf yang didalamnya hanya ada pendidikan Madrasah Diniyah Muadalah dengan usia setara usia santri SMA/MA/SMK atau lebih.
“Harapan, nantinya akan tumbuh generasi muslim yang lahir dari pesantren-pesantren menjadi da’i/kyai yang mandiri, kyai yang mampu memberdayakan pesantren secara mandiri, sehingga umat Islam di Indonesia akan mampu berdikari dan menguasai ekonomi serta membawa kemaslahatan bagi seluruh umat, bukankah Rasulullah SAW sudah memberikan contoh akan pentingnya berinterpreneur, serta para sahabat pun demikian, seperti utsman bia affan dan banyak sekali ayat-ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang pentingnya berniaga (berinterpreneur)”. Lanjut Dosen Universitas NU Surabaya ini.
Hadir dalam kegiatan Penyusunan Kurikulum Kewirausahaan Santripreneur, Dr. Andromeda Qomariah,MM. Kepala Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Provinsi Jawa Timur, KH. Prof. Dr. Muhammad Bisri, Pengasuh PP. Bahrul Maghfirah Malang. KH. Noor Shodiq Askandar, SE.,M.M. Wakil Rektor 2 Universitas Islam Malang (Unisma) sekaligus Komisi pemberdayaan Ekonomi Umat MUI Jawa Timur, Achmad Wahju dari Kadin Jawa Timur, Gus Ghofirin Sekjen OPOP Jawa Timur.