Menjadi guru ngaji, bukan berarti sudah selesai tugasnya menjadi santri, belajar dan belajar menambah ilmu. Justeru sebaliknya, ketika gelar yang diberikan umat karena pengabdianya pada agama melalui mengajar mengaji harus menjadi motivasi untuk senantiasa meningkatkan kemampuan diri dalam mengajar dan memanajemen diri agar apa yang di sampaikan pada santri nantinya semakin berkualitas dan pelayanan pada masyarakat khususnya wali santri semakin puas karena guru ngajinya semangat dan ikhlas menempa dan memperbaiki diri.
Apa yang dilakukan oleh guru, akan berimbas pada santri. minimal, semangat guru untuk belajar keberkanya akan mengalir pada santri dan insyaAllah kelak santri saat menjadi guru ngaji akan ingat pada pendahulu (guru-nya) ketika ia masih menjadi santri. memori masa lalu santri saat meneladani guru, kemudian diingat kembali dan dilakukan dalam bentuk amal kebaikan maka pahalanya akan mengalir pula pada guru tersebut.
Mata rantai keilmuan akan senatiasa sambung menyambung tiada putus, maka Rasululllah saw. sangat tepat memberikan gelar manusia terbaik pada para pejuang Al-Qur’an, sebagaimana Hadits Beliau yang diriwayatkan oleh Imam Muslim,
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
Artinya : sebaik-baik diantara kalian adalah yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkanya. (HR. Muslim).
Semangat dan ketekunan mengaji para guru ngaji tercermin dalam kegiatan pembinaan dan sertifikasi guru ngaji yang dilaksanakan oleh Forum Komunikasi Pendidikan (FKPQ) Kecamatan Lowokwaru Kota Malang bekejasama Metode Al-Bayan Lil Muslimin Malang. Para peserta mayoritas sudah “berumur” sepuh namun tetap aktif mengaji kurun waktu 1 tahun, yang insyAllah berakhir pada Ahad, 27 September 2023.