“Pertanda seseorang mendapatkan hidayah dan karunia, ia bisa merasakan hadirnya kenikmatan saat melaksanakan ibadah. Baik ibadah sunnah maupun wajib.
Maka disaat ia merasakan kenikmatan, teruskan dan istiqomahkan mengamalkan amal ibadah jika itu berupa dzikr atau ibadah sunnah, Tambah lagi, sesuai kekuatan jangan dikurangi”. Dawuh Almaghfurlah KH. Jamaludin.
Sebagai manusia, seringkali nikmatnya ibadah yang kita rasakan silih berganti. Kadang nikmat sehingga terasa ringan mengamalkan ibadah, terkadang berat saat mengamalkan ibadah karena rasa malas menghampiri.
Keadaan semacam ini jangan sampai membuat seseorang kalah dengan hawa nafsu, atau bahkan mengikutinya. Tetaplah bertahan dengan amalan yang sudah dilaksanakan secara istiqomah, walau hanya sedikit.
Sedikitnya amal yang dilakukan secara istiqomah itu bisa menghadirkan cintanya Allah SWT. Pada hamba-Nya.
Sebagaimana ’Aisyah –radhiyallahu ’anha-, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
”Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.” ’Aisyah pun ketika melakukan suatu amalan selalu berkeinginan keras untuk merutinkannya.
Banyaknya amal bukan menjadi satu-satunya amal ibadah itu mendatangkan cinta-Nya, tapi keistiqomahanlah yang menjadikan seseorang itu meraih cinta-Nya.