Kamis (06/10/2022) Pemerintah Kota Malang bersama Kementerian Agama Kota Malang, Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kota Malang dan Pengurus Daerah Muhammadiyah, segenap warga masyarakat Kota Malang berkumpul di depan balai kota Malang mengadakan panjatan doa bersama 7 hari wafatnya 129 orang aremania yang 34 diantaranya adalah Warga Kota Malang. kegiatan sebagai wujud rasa duka yang mendalam masyarakat Malang Raya atas tragedi di Stadion Kanjuruhan pada 1 Oktober 2022.
Wali Kota Malang, Sutiaji menyampaikan, “Hingga hari ini masih ada 400 orang yang merasakan trauma terhadap kejadian ini, kita terus dampingi mereka hingga pulih.” tutur Sutiaji dalam sambutannya.
“Saya tidak ikhlas kalau ada yang memberitakan seolah-olah Malang tempat kerusuhan. Seolah-olah menciderai sepak bola. Hadirnya anak-anak bahkan yang masih umur 3 tahun, menunjukkan selama ini sepak bola penuh kedamaian dan memberikan rasa aman. Kejadian jumat lalu bukan kerusuhan, tapi adalah tragedi, tidak ada sepak bola yang bisa dibandingkan dengan nyawa. “Selama ini pekik salam satu jiwa mendamaikan semua, saya yakin Arema tidak pernah terbesit ingin terjadi kerusuhan.” kata Sutiaji sambil menitikkan air mata.
Sementara itu Presiden Arema FC, Gilang Widya Pramana Gilang dalam sambutannya menyatakan bahwa pihaknya berterima kasih atas aksi solidaritas yang digagas Pemerintah Kota Malang. “hingga saat ini kami dan mungkin kita semua seakan tidak percaya ini semua terjadi. Selama 5 hari kawan-kawan arema hadir memberi semangat dan santunan keluarga korban. Ya Allah ampuni kami. Moga ini semua menjadi pukulan telak bagi kita semua untuk introspeksi diri. dan semoga para korban husnul khotimah.”
Kegiatan panjatan do’a diawali dengan pembacaan Surat Yasin oleh Prof. Dr. KH. Kasywi Syaiban dan dilanjutkan tahlil sekaligus ditutup dengan doa oleh KH. Chamzawi Rais PCNU Malang. Dalam kegiatan ini, hadir pula para punggawa Arema FC membaur bersama masyarakat yang hadir. sebelum seluruh peserta panjatan doa meninggalkan tempat, mereka serempak menyalakan lilin sebagai bentuk empati pada para korban didepan Balai Kota Malang.