Menjadi seorang santri pasti mengharapkan apa yang ia pelajari dapat dengan mudah dipahami dan dihafalkan, agar dalam kehidupan nyata ia mampu mengamalkan ilmu serta mengingat kambali saat di ujian sekolah atau dalil-dalil Al-Qur’an, Sunnah dan kalam ulama’ mampu ia jelaskan jika kelak saat menjadi guru, menjadi orang tua yang mampu mendidik anak-anaknya atau orang yang berpengaruh ditengah masyarakat.
Menghafal, bagi santri sudah menjadi kebutuhan. Karena diusianya yang masih belia akan dengan mudah menghafalkan setiap pelajaran yang sudah ia pelajari, idealnya minimal ada 1 (satu) kitab yang ia pahami dan hafalkan dengan sungguh-sungguh. Sebagaimana para ‘ulama salaf terdahulu.
‘ulama-‘ulama terdahulu memiliki cara tersendiri dalam menghafalkan ilmu yang sudah dipelajari agar apa yang sudah dihafalkan dapat kuat menghujam dalam pikiran, syaikh az-zarnuji dalam kitab ta’limul muta’allimu menyampaikan,
وأقوى أسباب الحفظ: الجد والمواظبة، وتقليل الغذاء، وصلاة الليل، وقراءة القرآن من أسباب الحفظ.
Langkah pertama yang bisa dilakukan seorang pelajar agar dengan mudah menghafal adalah memiliki kesungguhan dalam menghafalkan. saat menghafalkan pelajaran tidak cukup hanya sekali, tapi dilakukan berkali-kali secara istiqomah (kontinu). Tidak hanya niat dan kesungguhan semata, kegiatan secara lahiriah yang ia lakukan adalah dengan menyedikitikan makan (secukupnya), tidak terlalu banyak makan, bangun disepertiga malam untuk melaksanakan sholat tahajud dan mengistiqomahkan membaca Al-Qur’an.
Bagi pelajar yang ingin menghafalkan pelajaran dan Al-Qur’an, Syaikh az-zarnuji menambahkan;
قيل: ليس شيئ أزيد للحفظ من قراءة القرأن نظرا، والقراءة نظرا أفضل لقوله عليه الصلاة والسلام : أعظم أعمال أمتى قراءة القرآن نظرا
“Tiada sesuatu yang lebih bisa menguatkan hafalan seseorang, kecuali membaca Al-Qur’an dengan menyimak. “Membaca Al-Qur’an yang dilakukan dengan menyimak itu lebih utama, sebagaimana sabda Nabi saw : “Amalan umatku yang paling utama adalah membaca Al-Qur’an dengan menyimak tulisannya.”